Advertise Here     Advertise Here

Jangan Sepelakan Diare pada Anak!

SEPULANG dari sekolah, Rafa (7) sudah lebih dari tiga kali bolak-balik ke kamar mandi. Siswa kelas 1 SD tersebut tampak lemas dan pucat. Vanda sang Mama mulai panik melihat kondisi Rafa.

“Rafa kamu tadi makan apa, sayang? Pasti jajan sembarangan di sekolah ya? Wah jangan-jangan kamu kena diare!” cerocos Vanda.

Si kecil pernah mengalami hal yang sama? Ya, diare adalah buang air besar yang frekuensinya bisa lebih dari tiga kali dalam 24 jam. Pun feses yang keluar berupa cairan encer, kadang disertai lendir bahkan darah. Biasanya berlangsung 3-5 hari atau mungkin lebih. Kasus diare ini memang kerap menyerang anak-anak karena daya tahan tubuhnya masih rendah.

“Di Indonesia diare adalah salah satu dari 10 penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak,” buka dr Yulia Hernawati SpA  dari Rumah Sakit Islam, Jakarta kepada Mom & Kiddie.

Lebih lanjut Yulia menegaskan bahwa diare pada anak dan bayi berbeda. “Pada bayi baru lahir yang hanya minum ASI, buang air besarnya bisa lima sampai tujuh kali dalam sehari dan hal tersebut normal. Sementara pada anak jika fesesnya encer dan konsistensinya lebih dari tiga kali dalam 24 jam bisa dikatakan diare,” jelas Yulia.

Infeksi Sampai Kurang Gizi

Ditemui di tempat terpisah, dr Pulung M Silalahi SpA dari RS Tebet Jakarta menjelaskan, diare timbul karena terjadi perubahan pada mukosa usus karena suatu penyebab yang mengakibatkan kerusakan mukosa usus sehingga terjadi gangguan penyerapan (absorpsi), atau pengeluaran cairan yang berlebih.

Ditinjau dari sudut patofisiologinya penyebab diare dibagi menjadi dua. Pertama diare sekresi, bisa disebabkan infeksi virus, kuman patogen dan apatogen, gerakan usus yang berlebihan  akibat keracunan makanan, gangguan syaraf usus dan psikis. Kedua diare osmotik, disebabkan gangguan penyerapan pada usus, anak dengan kurang gizi dan bayi dengan berat lahir rendah.

Dilanjutkan oleh Pulung, di antara penyebab diare tersebut, yang paling sering adalah karena infeksi dan keracunan makanan. Penyebab infeksi bisa karena bakteri, virus, protozoa, dan parasit. Dan penyebab diare karena infeksi terbesar adalah karena virus, yaitu rotavirus.
Diare yang disebabkan oleh kuman biasanya disebarkan melalui rute fekal-oral, yaitu makanan yang dikonsumsi kontak dengan tinja. Perjalanan kuman ini dapat langsung melalui tangan, makanan, minuman, tanah atau perantara binatang seperti lalat, kecoa, dan tikus.
Sementara keracunan biasanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia dan racun yang dikandung oleh makanan tertentu. Diare yang disebabkan defisiensi imun adalah karena kurangnya imun mukosa usus, sehingga kemampuan untuk menangkal virus maupun bakteri tidak sempurna. Keadaan seperti ini bisa terjadi pada anak dengan gizi buruk maupun penderita AIDS.

Hal di atas diamini oleh Yulia. Bahkan menurutnya pada kasus-kasus tertentu seperti alergi seafood, jika tidak tahan, reaksinya bukan cuma gatal-gatal tapi juga bisa menyebabkan diare.

Komplikasi Diare

Masih menurut Pulung, kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami kesulitan. Tapi sebagian kecil dapat mengalami komplikasi, seperti:

Demam
Sering terjadi pada diare akibat rotavirus dan disentri shigella. Umumnya demam timbul bila bakteri penyebab menginvasi epitel usus. Demam dapat disertai dehidrasi dan akan hilang jika hidrasi cukup. Penderita dengan demam dan diare mungkin juga menderita penyakit lain seperti radang telinga tengah, infeksi saluran nafas.

Asidosis metabolik
Ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa dari cairan ekstraselular. Gejalanya kesadaran terganggu/anak tampak gelisah, pernafasan cepat dan dalam. Untuk memastikan derajat asidosi, dapat dilakukan pemeriksaan analisis gas darah. Pada pemeriksaan ini akan tergambar antara lain kadar keasaman, oksigen,dan bicarbonat darah.

Hipokalemia (kadar kalium rendah)
Penggantian kalium yang tidak cukup selama diare yang berulang dapat menyebabkan kekurangan kalium. Gejala yang timbul seperti kelemahan otot, ileus, gangguan ginjal dan aritmia jantung.

Ileus paralitik
Berkurang/berhentinya gerakan usus akibat hipokalemia. Gejalanya kembung, muntah.

Kejang
Dapat terjadi karena hipoglikemia, hipernatremia maupun hiponatremia.

Tingkat Keparahan Diare

“Tingkat keparahan diare dapat ditentukan berdasarkan derajat dehidrasi yaitu diare tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, sedang, dan berat,” terang Pulung.

Penilaian derajat ini dapat ditentukan berdasarkan beberapa parameter, seperti perbandingan berat badan sebelum dan sesudah diare. Dari jumlah berat badan yang turun dapat ditentukan tingkat derajat dehidrasi. Jika berat badan turun < 5 persen berarti telah terjadi dehidrasi ringan, sedangkan 10 persen berarti derajat sedang, dan >10 persen adalah dehidrasi berat. Jadi orangtua penting untuk mengetahui berat badan anaknya sebelum terjadi diare.

Selain itu, penentuan derajat dehidrasi dapat dinilai berdasarkan tanda –tanda vital seperti kesadaran, laju napas, laju nadi, dan suhu. Dapat juga dilihat rasa haus anak, apakah anak tampak haus atau sangat kehausan.

Kemudian berdasarkan pemeriksaan fisis yaitu kecekungan ubun-ubun (jika ubun-ubun belum menutup) dan mata, selaput lendir mulut dan bibir basah atau kering. Pun dari penilaian turgor (kekenyalan) kulit, dan menghitung jumlah urin yang keluar. Derajat keparahan ini akan berpengaruh terhadap pengobatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Pengobatan Diare

Prinsip dasar pengobatan diare adalah mencegah terjadinya dehidrasi atau jika sudah terjadi maka harus segera diatasi. Secara farmakologi obat yang dianggap memiliki efek antidiare dapat dikelompokkan dalam dua kelas yaitu; secara langsung meningkatkan viskositas isi usus dan menunda pasasi isi usus, sehingga memberi waktu untuk absorbsi cairan yang berada di dalam usus.

Menurut Pulung secara garis besar pengobatan diare terdiri dari:

1. Pengobatan kausal. Pengobatan ini tepat diberikan setelah diketahui penyebab diare yang pasti. Contoh, jika ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan tinja, maka pemberian antibiotik dapat diberikan.

2. Pengobatan simtomatis. Pengobatan ini berdasarkan gejala yang timbul. Jika timbul demam, maka diberikan obat demam, jika mual berikan anti mual.

3. Pengobatan cairan. Tujuan utama pengobatan cairan adalah untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi agar tidak terjadi komplikasi yang dapat menimbulkan kematian. Jadi prinsipnya adalah terapi cairan, baik melalui mulut (enteral) maupun pembuluh darah (parenteral). Jika kesadaran baik, ada kemauan untuk minum serta tidak ada muntah hebat, maka pemberian cairan dapat diberikan melalui mulut, seperti pemberian cairan oralit. Jika akses melalui mulut tidak memungkinkan karena muntah terus menerus, atau kesadaran tidak baik, maka diberikan cairan melalui parenteral/infus seperti pemberian cairan elektrolit ringer laktat, ringer asetat serta larutan normal salin. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi menurut pemeriksaan dokter.

4. Pengobatan dietetik/nutrisi. Pengobatan ini sangat penting untuk kelangsungan kecukupan gizi pada penderita diare. Semua kebutuhan unsur gizi seperti protein, karbohidrat, dan lemak harus terpenuhi. Diare karena malabsobsi salah satu unsur gizi, maka dipilih jenis makanan yang mudah diserap oleh usus. Untuk itu tentu diperlukan konsultasi dengan ahli gizi klinik, agar dapat ditentukan jenis makanan yang layak dikonsumsi.

Tip mencegah diare
- Budayakan selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan.
- Makanlah makanan yang higienis.
- Jauhkan makanan dari serangga seperti lalat.
- Cuci bersih peralatan makan bahkan jika perlu dibilas lagi dengan air matang panas.
- Penggunaan air bersih.

source : Okezone
 
Advertise Here Advertise Here Advertise Here Advertise Here Advertise Here Advertise Here Advertise Here